Halving bitcoin atau yang dikenal juga dengan istilah the halvening merupakan salah satu peristiwa yang paling ditunggu dalam sejarah Bitcoin.
Pada Mei 2020, jumlah bitcoin (BTC) untuk imbalan atau block reward yang masuk ke dalam sirkulasi setiap sepuluh menit telah turun sampai setengah jumlah yakni dari 12,5 menjadi 6,25, inilah yang dimaksudkan dengan istilah halving atau pembagian menjadi dua. Hal ini merupakan tonggak sejarah yang mudah dilihat karena terjadi pada setiap 210,000 blok (yang diestimasikan terjadi setiap empat tahun) dan telah terjadi dua kali sebelum 2020.
Daya pikat inilah yang menarik perhatian banyak orang terhadap bitcoin halving. Jumlah bitcoin baru yang masuk ke dalam sirkulasi menurun, namun permintaan tetap sama. Artinya, hal ini dapat menaikan nilai bitcoin itu sendiri. Peristiwa ini memunculkan perdebatan sengit tentang prediksi harga bitcoin dan bagaimana pasar akan merespon.
Co-founder organisasi penelitian kripto non-profit PoWX Michael Dubrovsky mengatakan bahwa “Teorinya adalah ketersediaan bitcoin untuk dibeli akan berkurang jika para penambang memiliki lebih sedikit bitcoin untuk dijual.”
Meski begitu, penurunan berkala dalam penambangan bitcoin memiliki kepentingan yang lebih mendalam ketimbang perpindahan harga jangka pendek untuk fungsi mata uang itu sendiri. Imbalan atau block reward ini merupakan komponen penting dari Bitcoin yang memastikan keamanan dari sistem tak bertuan ini. Karena imbalannya akan berkurang menjadi nol dalam beberapa dekade ke depan, maka potensi yang akan muncul adalah terganggunya stabilitas ekonomi yang mendasari keamanan bitcoin itu sendiri.
Mengenal bitcoin halving
Bitcoin baru yang memasuki sirkulasi dianggap sebagai imbalan atau block rewards. Bitcoin ini hadir berkat usaha dari para penambang bitcoin yang menggunakan alat-alat elektronik yang cukup mahal untuk memperoleh atau “menambang” koin. Secara kasar, jumlah bitcoin yang berpotensi untuk dimenangkan para penambang akan terbagi dua (halving), dan itu terjadi setiap empat tahun sekali.
suplai subsidi bitcoin. (Foto CoinDesk)
Pada 2009, sistem ini menghadiahkan para penambang dengan 50 bitcoin setiap sepuluh menit. Tiga halving kemudian, sebanyak 6,25 bitcoin dibagikan setiap 10 menit. Proses ini akan berakhir ketika jumlah bitcoin dalam sirkulasi mencapai 21 juta. Estimasi diperkirakan bahwa jumlah ini akan tercapai pada 2140 atau sekitar 20 tahun mendatang.
Siapa yang menentukan jadwal pendistribusian Bitcoin dan Mengapa?
Satoshi Nakamoto, yang merupakan nama samaran dari pencipta Bitcoin, menghilang selama setahun setelah ia merilis software tersebut pada 2009. Jadi, ia tidak bisa lagi menjelaskan mengapa ia memilih formula spesifik yang sudah ada untuk menambahkan bitcoin baru ke dalam sirkulasi. Namun, email yang pernah dituliskan oleh Nakamoto memberikan beberapa pencerahan mengenai pemikirannya.
Setelah merilis makalah mengenai Bitcoin, Nakamoto merangkum beberapa cara yang dapat dilakukan dari kebijakan moneter yang mereka pilih mengenai bagaimana para penambang menerima block rewards, dan bagaimana jika nanti ada keadaan yang bisa menyebabkan deflasi atau inflasi harga bitcoin. Pada saat itu, Nakamoto tidak mengetahui seberapa banyak orang yang akan menggunakan mata uang digital Bitcoin yang kala itu masih baru.
Ia memberikan penjelasan yang sangat minim terkait formula yang mereka pilih, yakni “Koin-koin tersebut harus didistribusikan entah bagaimana caranya, dan tingkat yang konstan (constant rate) sepertinya adalah formula terbaik.” Salah satu karakteristik dari bitcoin rewards atau imbalan bitcoin ini adalah bahwa jadwal pasokannya sudah diatur.
Kebijakan moneter Bitcoin ditulis ke dalam kode yang disebarluaskan dalam jaringannya. Untuk mengubah kode tersebut membutuhkan koordinasi dan kesepakatan dari seluruh komunitas pengguna Bitcoin.
Pada 2016, blockchain.com menulis sebuah postingan terkait bitcoin, “Berbeda dari mata uang nasional seperti dolar atau euro, bitcoin didesain dengan pasokan tetap dan jadwal inflasi yang terprediksi. Hanya ada 21 juta bitcoin yang akan dibuat. Jumlah ini membuat bitcoin menjadi langka, dan kelangkaan ini mempengaruhi nilai pasar disamping dari utilitas bitcoin tersebut.”
Aspek unik lainnya adalah imbalan yang dibuat Nakamoto diprogramkan agar terus menurun setiap waktu.
Bagaimana bitcoin halving dapat mempengaruhi harga bitcoin itu sendiri?
Bitcoin halving bisa menarik perhatian orang karena banyak yang beranggapan bahwa hal ini dapat menaikkan harga bitcoin. Kenyataannya, hal tersebut juga tidak pasti kebenarannya. Halving bitcoin telah terjadi tiga kali sejauh ini.
Timeline bitcoin halving. (Foto CoinDesk)
Bitcoin halving pada 2012 menampilkan demonstrasi pertama mengenai bagaimana pasar-pasar akan merespon terhadap jadwal pasokan yang sudah diatur Nakamoto. Sampai saat itu, komunitas Bitcoin tidak tahu bagaimana penurunan imbalan yang tiba-tiba tersebut mampu mempengaruhi jaringan. Ternyata, harga bitcoin mulai naik tak lama setelah peristiwa ini.
Bitcoin halving kedua terjadi pada 2016, dan ini menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh para penambang. Orang-orang percaya atas prediksi bahwa halving bisa mempengaruhi harga bitcoin. Pada 16 Juli 2016 yakni momen terjadinya bitcoin halving kedua kali, harga bitcoin turun 10% ke Rp 8.749.260,50, namun kembali naik ke harga sebelumnya.
Walaupun dampak langsung pada harga bitcoin terhitung kecil, terbukti adanya respon di pasar bitcoin sepanjang tahun setelah halving kedua. Beberapa berpendapat bahwa peningkatan itu merupakan hasil tertunda dari halving bitcoin. Ketika pasokan bitcoin menurun, permintaan bitcoin akan tetap sama dan akan mendorong harga naik. Melihat harga bitcoin 365 hari setelah halving kedua, harga bitcoin naik 284% menjadi Rp35.943.683,30.
Pada halving bitcoin baru-baru ini, harga bitcoin terus menunjukkan kinerja bullish selama setahun penuh setelah peristiwa ini terjadi dengan kenaikkan lebih dari 559%.
Mengapa para penambang mendapatkan block rewards?
Bitcoin tidak akan berfungsi tanpa imbalan blok atau block rewards. Peneliti independen dengan nama samaran Hasu menjelaskan bahwa ada dua hal yang membuat Bitcoin bisa berfungsi, yakni “Pembukuan Bitcoin harus menjawab pertanyaan terkait siapa yang memiliki apa dan kapan.”
Bagian pertama terkait ‘siapa yang memiliki apa’ terselesaikan dengan kriptografi. Hanya pemilik private key (serupa dengan kode akses rahasia) yang bisa membelanjakan bitcoin.
Bagian kedua yaitu ‘kapan’ adalah sebuah tantangan yang dipecahkan oleh Bitcoin sendiri sebelumnya, menurut Hasu. Karena jika tidak, mudah bagi orang untuk double-spend atau membelanjakan dua kali koin mereka.
Tanpa imbalan blok, jaringan bitcoin akan menjadi kacau. Hasu menjelaskan bahwa jika mereka memiliki kekuatan komputasi yang cukup, penambang dapat menyerang jaringan dengan dua cara yaitu double-spending atau dengan menghentikan transaksi. Namun, mereka juga tidak terdorong untuk melakukan hal tersebut, karena risikonya adalah mereka tidak akan mendapatkan imbalan blok.
Dubrovsky mengatakan, “Teori permainannya adalah untuk mengamankan Bitcoin, maka a) penambang harus memiliki insentif dari penambangan blok dengan jujur dan b) penambang harus mendapatkan ganjaran jika mencoba untuk tidak jujur.” Artinya, penambang akan kehilangan uangnya jika mereka tidak mengikuti aturan.
Semakin besar kekuatan komputasi terhadap bitcoin, maka semakin susah juga untuk menyerang jaringan karena mereka harus membutuhkan porsi yang signifikan untuk memprosesnya, atau yang dikenal dengan istilah hash rate, yang dibutuhkan untuk melaksanakan “serangan” tersebut.
Semakin banyak uang yang dapat diperoleh penambang melalui imbalan blok, semakin banyak juga kekuatan mining atau penambangan yang masuk ke Bitcoin, dan dengan demikian semakin terlindungi pula jaringannya.
Apa yang terjadi jika imbalan blok menjadi sangat kecil atau berkurang sepenuhnya?
Pertanyaan ini yang menyebabkan mengapa formula imbalan suatu saat nanti akan menjadi masalah. Penambang membutuhkan insentif untuk menambang, artinya mereka butuh imbalan uang. Mereka tidak mau mengambil risiko untuk “menipu” setelah mengoperasikan komputer yang biayanya mahal dan boros listrik ini.
Namun, konsekuensi dari pengurangan block rewards ini lama-kelamaan bisa mengancam para penambang tidak memperoleh block rewards sama sekali. Biaya transaksi yang pengguna bayar setiap mereka melakukan transaksi (transaction fee) juga merupakan cara lain bagi para penambang untuk mendapatkan uang. Biaya tersebut diharapkan menjadi sumber lainnya yang lebih penting bagi penambang ketika harga imbalan blok jatuh.
“Dalam beberapa dekade ke depan ketika harga imbalan menjadi sangat kecil, biaya transaksi akan menjadi kompensasi utama untuk node. Saya yakin bahwa 20 tahun ke depan akan terjadi transaksi besar besaran,” Tulis Nakamoto.
Namun untuk jangka panjang, para peneliti Bitcoin telah mempertimbangkan kemungkinan bahwa biaya transaksi tidak akan mencukupi. Artinya biaya transaksi harus dibuat lebih mahal dari waktu ke waktu untuk menjaga keamanan jaringan.
Seperti yang dibahas di atas, imbalan blok menarik lebih banyak daya komputasi ke Bitcoin agar memperkuat perlindungan dari serangan. Masih tidak jelas apakah imbalan blok yang berkurang di masa depan akan memiliki daya pikat yang sama untuk para penambang, bahkan ketika ditambah dengan biaya.
Sebagian dari masalahnya adalah bahwa lebih dari satu dekade setelah kelahiran Bitcoin, pasar bitcoin masih mencari tahu imbalan sebenarnya untuk melindungi jaringan dari penyerang.
Hasu mengatakan bahwa ia berharap biaya transaksi akan menjadi insentif yang cukup untuk keamanan Bitcoin, namun penting juga untuk mengantisipasi kasus terburuknya.
Pertanyaan ini merupakan hal yang menarik untuk direnungkan ketika memikirkan prospek Bitcoin ke depan.
“Sulit untuk memprediksi masa depan, namun kami ingin mempunyai sistem yang awet selama 100 tahun, maka kami harus siap untuk kasus terburuknya,” Menurut Hasu, “Hal terburuknya adalah permintaan untuk ruang blok tidak meningkat. Hasilnya adalah imbalan blok akan menurun sepenuhnya ke angka nol.”