Tokenisasi aset dunia nyata atau real world asset (RWA) telah menjadi kasus penggunaan teknologi blockchain selama bertahun-tahun, namun masih belum terlihat minat institusional yang substansial dalam RWA hingga saat ini.
Nilai aset yang ditokenisasi di seluruh blockchain publik telah mencapai USD118,57 miliar atau setara Rp1.838 triliun dan dapat mencapai USD10 triliun atau setara Rp155.018 triliun pada 2030. Dengan kata lain, potensi keuntungan untuk berinvestasi dalam RWA sangat besar.
Pergeseran makroekonomi baru-baru ini dan peningkatan teknologi untuk kustodian, trading, dan settlement yang aman telah membuat investasi dalam perbendaharaan token, ekuitas swasta, dan utang menjadi lebih menarik. Pada akhirnya, kejelasan peraturan dan penegakan hak milik lah yang akan menjadikan 2024 sebagai tahun RWA.
Artikel ini ditulis oleh Sanchit Pande, Head of Prime Brokerage di BitGo.
Stablecoin saat ini merupakan proyek tokenisasi yang paling dikenal. Bentuk yang paling umum adalah klaim langsung pada mata uang fiat yang dipegang oleh kustodian. Saat ini kapitalisasi pasar global untuk stablecoin mencapai sekitar USD124 miliar atau setara Rp1.922 triliun; menurut laporan dari perusahaan pialang Alliance Bernstein, stablecoin diperkirakan akan tumbuh hingga hampir USD3 triliun atau sekitar Rp46.501 triliun dalam lima tahun ke depan karena perusahaan swasta seperti PayPal mulai menerbitkannya.
Selain itu, Central Bank Digital Currency (CBDC) adalah bentuk lain dari tokenisasi. Menurut data dari Atlantic Council, sebanyak 11 negara telah meluncurkan CBDC, dan 19 negara G20 sedang dalam tahap pengembangan lebih lanjut.
Namun, tokenisasi saham, obligasi, dan produk investasi tradisional lainnya yang paling banyak diminati.
Pada Oktober 2022, JPMorgan mengumumkan perdagangan pertama di jaringan Onyx pribadinya, dan saat memasuki Crypto Winter 2023, jaringan ini telah memproses hampir USD1 triliun atau sekitar Rp15.500 triliun dalam notional collateral value. Baru pekan lalu, JPMorgan mengumumkan bahwa Onyx akan melakukan mekanisme proof-of-concept di bawah naungan Monetary Authority of Singapore (MAS) untuk menghubungkan portofolio ke aset token yang ditawarkan oleh WisdomTree.
Di samping itu, London Stock Exchange Group, UBS Asset Management, ABN AMRO, dan Citigroup juga telah meluncurkan inisiatif tokenisasi pada tahun ini. Hong Kong, Singapura, Jepang, dan Thailand semuanya telah menyusun regulasi untuk mendukung tokenisasi.
Analis di Citigroup telah memproyeksikan bahwa aset keuangan senilai USD5 triliun atau sekitar Rp77.497 triliun dapat ditokenisasi pada 2030. Sementara itu, analis di Bank of America memprediksi bahwa aset yang ditokenisasi akan menjadi mainstream selama 5-15 tahun ke depan sehingga “portofolio aset yang ditokenasi" akan menjadi umum sebagai "portofolio" saja.