Memutuskan untuk berinvestasi di pasar aset digital yang bergerak cepat dan terus berkembang dapat terlihat menakutkan. Di masa lalu, orang sering ragu-ragu untuk berinvestasi dalam aset digital seperti aset kripto, karena volatilitasnya yang tinggi dan risiko yang terkait. Namun, keadaan berubah, terutama karena pasar aset kripto global telah berkembang menjadi ekosistem multi-sektor yang berkembang pesat sejak debut Bitcoin (BTC) pada 2009 silam.
Artikel ini ditulis oleh Erik Anderson, Senior Digital Assets Research Analyst di Global X ETFs.
Di artikel ini, Erik Anderson menguraikan dan menyanggah beberapa kesalahpahaman umum tentang potensi risiko yang diasumsikan oleh investor saat mendapatkan eksposur ke ekosistem aset digital.
MITOS: Volatilitas Selalu Merupakan Hal yang Buruk
Istilah "volatilitas" sering kali berkonotasi negatif, tetapi tidak selalu demikian. Investor dapat mengalami ayunan naik atau turun. Penting untuk dicatat bahwa ada potensi naik juga.
Misalnya, BTC disebut sebagai aset dengan performa terbaik dalam dekade ini, namun harganya sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk penawaran dan permintaan, sentimen investor, dan hype-cycle di media. Bahkan, aset kripto yang paling terkemuka dan bermodal besar pun mengalami fluktuasi, menghasilkan keuntungan positif dan terkadang kerugian.
Ketika portofolio investasi dibangun secara profesional, volatilitas memiliki potensi untuk meningkatkan portofolio, bukan merugikan. Hal ini karena para penasihat memiliki keahlian untuk membantu dengan mengatur penyeimbangan ulang yang sering dan order beli dan jual pada threshold tertentu. Fenomena ini telah muncul berkali-kali karena kurva adopsi aset digital telah meningkat selama bertahun-tahun.
MITOS: Aset Digital Terlalu Berisiko
Investor harus memiliki portofolio yang seimbang, artinya portofolio yang tidak didominasi oleh kelas aset tertentu, baik aset digital maupun aset lainnya. Diversifikasi adalah kuncinya. Menambahkan alternatif pada portofolio tidak hanya dapat membantu menghindari risiko konsentrasi, tetapi juga lindung nilai dari lingkungan inflasi.
Sekitar 2% alokasi untuk aset digital sering kali menjadi standar dalam portofolio investasi. Bagi sebagian orang, itu mungkin tampak seperti persentase yang tidak signifikan. Namun dalam praktiknya, hal itu sering kali berarti risiko penurunan diminimalkan dan potensi kenaikannya luar biasa, bahkan alokasi bitcoin sebesar 2% dalam portofolio standar selama lima tahun terakhir akan mendorong pertumbuhan portofolio yang signifikan.
Alokasi sekecil itu—terlepas dari seberapa besar kekuatannya—seharusnya tidak menyita sebagian besar waktu atau energi investor. Sebaliknya, penasihat keuangan dapat membantu memastikan pembangunan portofolio tersebut memiliki tujuan, bukannya bersifat ad hoc. Penasihat keuangan mengambil alih beban manajemen dengan memantau kondisi pasar dan merekomendasikan jadwal rebalance yang sesuai dengan investor individu dan tujuan keuangan mereka.