Market maker aset kripto, Wintermute, kehilangan USD160 juta atau sekitar Rp2,4 triliun dalam sebuah peretasan yang berhubungan dengan operasional decentralized finance (DeFi) mereka, menurut sebuah cuitan dari founder dan CEO perusahaan tersebut, Evgeny Gaevoy.
- Layanan pemberi pinjaman dan over-the-counter (OTC) mereka tidak terdampak. DeFi merujuk pada aktivitas keuangan yang dilakukan di blockchain tanpa menggunakan pihak ketiga.
- Gaevoy mengatakan bahwa perusahaan masih aman, dengan “lebih dari dua kali lipat” dari Rp2,4 triliun yang masih tersisa di ekuitas mereka.
- Wintermute merupakan perusahaan kripto terbaru yang menderita peretasan dalam beberapa bulan terakhir. Bridge kripto, Nomad, melihat USD200 juta atau sekitar Rp3 triliun dikuras oleh peretas pada Agustus, setelahnya ada protokol DeFi, Curve Finance, yang menderita pencurian sebesar USD570 ribu atau sekitar Rp8,5 miliar. Perusahaan keamanan blockchain Ceritk memperkirakan bahwa lebih dari USD1,3 miliar atau sekitar Rp19,5 triliun hilang akibat peretasan DeFi pada tahun lalu.
- Didirikan pada 2017, Wintermute telah memperdagangkan miliaran dolar di pasar kripto tiap harinya karena mereka menyediakan likuiditas di berbagai tempat. Pekan lalu mereka menjadi market maker resmi DeFi untuk jaringan Tron.
- Gaevoy menambahkan bahwa mereka masih memperlakukan peretas tersebut sebagai “white hat” atau peretas yang baik jadi mereka meminta peretas untuk tersambung dengan mereka. Wallet si peretas telah dilacak oleh pencari jejak on-chain, ZachXBT; saat ini wallet tersebut menyimpan sekitar USD9 juta atau sekitar Rp135 miliar dalam bentuk ether (ETH) dan USD38 juta atau sekitar Rp571 miliar dalam token ERC-20 lainnya.
- Perusahaan tersebut mengalami kecelakaan pada awal tahun ketika mereka mengirim USD15 juta atau sekitar Rp225 miliar dalam bentuk token optimisme (OP) ke address yang salah. Token tersebut kemudian dikembalikan oleh si penerima.
- Wintermute tidak menanggapi langsung permintaan CoinDesk untuk berkomentar.