Genesis Global Capital membayar bank investasi Moelis & Company untuk mempelajari beberapa pilihan, termasuk potensi kebangkrutan. Hal ini dilaporkan oleh The New York Times dengan mengutip tiga orang yang mengerti hal ini.
Laporan itu menyebut belum ada keputusan akhir dan masih ada kemungkinan untuk perusahaan menghindari pengajuan kebangkrutan.
Genesis menghabiskan November dengan upaya untuk mendapatkan modal segar atau mencapai kesepakatan dengan kreditur setelah perusahaan ini terkena imbas dari ambruknya bursa kripto FTX. Unit pinjaman institusional perusahaan terpaksa menangguhkan redemption dan pengajuan pinjaman baru pada pekan lalu. Sebelumnya, Genesis juga telah mengungkapkan bahwa unit derivatifnya memiliki dana yang terkunci di akun mereka di FTX senilai kurang lebih USD75 juta atau sekitar Rp2,7 triliun. Karena itulah, perusahaan induknya, Digital Currency Group (DCG), memperkuat balance sheet Genesis dengan suntikan ekuitas sebesar USD140 juta atau sekitar Rp2,1 triliun.
DCG juga merupakan perusahaan induk dari CoinDesk.
Beberapa bulan yang lalu, Genesis dilaporkan mengalami kerugian hingga ratusan juta dolar karena utang macet yang diberikan kepada Three Arrows Capital yang bankrut.
Secara terpisah pada Selasa (22/11/2022), founder DCG dan CEO Barry Silbert mengungkapkan dalam sebuah catatan untuk para pemegang saham bahwa DCG memiliki liabilitas kurang lebih sebesar USD575 juta atau sekitar Rp9 triliun kepada Genesis Global Capital. Jatuh temponya pada Mei 2023.
"Dalam beberapa hari terakhir ini, ada perbincangan tentang pinjaman antarperusahaan antara Genesis Global Capital dan DCG," tulis Silbert. "Untuk yang tidak mengetahui, dalam kegiatan bisnis pada umumnya, DCG telah meminjam uang dari Genesis Global Capital dengan tata cara yang sama dengan ratusan perusahaan investasi kripto. Pinjaman tersebut selalu terstruktur seperti pada umumnya dan dihargai dengan suku bunga pasar yang berlaku. DCG saat ini memiliki kewajiban untuk membayar kepada Genesis Global Capital sebesar kurang lebih USD575 juta atau sekitar Rp9 triliun, yang akan jatuh tempo pada Mei 2023. Pinjaman ini digunakan untuk mendanai peluang investasi dan untuk membeli kembali saham DCG dari pemegang saham non-karyawan dalam transaksi sekunder yang sebelumnya disorot dalam pembaruan pemegang saham triwulanan."
Silbert juga mengingatkan kepada investor tentang surat promes atau surat sanggup bayar senilai USD1,1 miliar atau sekitar Rp17,1 triliun yang akan jatuh tempo pada Juni 2032. Hal ini terkait dengan liabilitas dari Genesis terkait dengan default Three Arrows Capital.
"Selain dari pinjaman antarperusahaan Genesis Global Capital yang jatuh tempo pada Mei 2023 dan surat promes jangka panjang, satu-satunya utang DCG adalah fasilitas kredit USD350 juta atau sekitar Rp5,47 triliun dari sekelompok kecil pemberi pinjaman yang dipimpin oleh Eldridge," tulis Silbert. Ia menambahkan bahwa DCG hanya mengumpulkan USD25 juta atau sekitar Rp390,7 miliar dalam bentuk modal ekuitas dan sedang dalam proses untuk mengumpulkan USD800 juta atau sekitar Rp12,5 triliun revenue tahun ini.