THNDR Games, perusahaan gaming Bitcoin, baru saja merilis Solitaire versi play-to-earn (P2E) untuk mobile, yakni Club Bitcoin: Solitaire. Game ini memungkinan para pemain untuk mengumpulkan bitcoin (BTC) saat mereka memainkan salah satu game kartu paling populer dan paling dikenal sepanjang masa ini.
THNDR menyatakan bahwa misi mereka adalah untuk mengenalkan bitcoin ke seluruh dunia melalui mobile games. Target utama dalam permainan ini adalah perempuan dan negara-negara berkembang. Sebanyak 63% perempuan bermain game di ponsel mereka dan hampir 60% pengguna THNDR berasal dari pasar negara berkembang. Karena itulah, Club Bitcoin: Solitaire dianggap sebagai produk ideal yang sesuai dengan target pasar perusahaan.
Solitaire versi Microsoft telah di-install di lebih dari satu juta komputer dan memiliki 35 juta pengguna bulanan, serta 100 juta kali permainan setiap hari (data pada 2020). Game ini dimasukkan ke dalam World Video Game Hall of Fame pada tahun 2019 lalu. THNDR berharap dapat memperoleh keuntungan dari popularitas itu dengan menciptakan versi yang bukan hanya lebih baik, tetapi juga memberikan bitcoin sebagai hadiah utama.
"Solitaire dan permainan kartu klasik pada umumnya memiliki daya tarik massal dan secara konsisten menjadi salah satu aplikasi paling populer di App Store. Itu karena kemudahan dalam bermain dan keakraban. Game seperti Solitaire menawarkan lingkungan yang aman, akrab, dan menyenangkan bagi pengguna untuk belajar tentang bitcoin dan mendapatkan sat pertama mereka. Club Bitcoin: Solitaire adalah langkah lanjutan dari THNDR dalam mengenalkan bitcoin kepada publik," kata THNDR dalam sebuah siaran pers.
Bitcoin, Lightning dan Gaming
Dalam beberapa tahun terakhir, Bitcoin sukses diintegrasikan ke dalam dunia gaming. Pada 2012, Satoshi Dice, kasino bitcoin online, menghasilkan lebih banyak transaksi bitcoin daripada gabungan semua penggunaan lainnya.
Seiring waktu, tingginya biaya dan transaksi yang lama membuat penggunaan bitcoin sebagai mata uang game virtual menjadi tidak praktis. Kemudian, diluncurkanlah Lightning Network. Ini adalah jaringan layer 2 yang dibangun di atas blockchain Bitcoin. Terobosan ini membuat transaksi bitcoin lebih cepat dan murah.
"Sebelum adanya Lightning, rasanya tidak mungkin untuk memasukkan bitcoin sebagai mata uang dalam game karena terkendala oleh kecepatan, biaya transaksi, dan masalah penskalaan. Ketika Lightning Network hadir, menambahkan bitcoin ke dalam games menjadi mungkin," ucap Desiree Dickerson, CEO THNDR Games, dalam sebuah wawancara dengan CoinDesk.
Dickerson bekerja di perusahaan infrastruktur Lightning, Lightning Labs, selama tiga setengah tahun. Kemudian ia tertarik pada game sebagai sektor yang digunakan oleh Lightning. Co-founder dan Chief Experience Officer Lightning Network, Jack Everitt, awalnya membuat mobile game sebagai alat untuk berjejaring di konferensi. Game itu akhirnya berubah menjadi THNDR Games.
Saat ini, THNDR memiliki lima games (termasuk Solitaire) yang dapat digunakan di Android maupun iOS. Total unduhannya mencapai ratusan ribu (250 ribu pada September 2021), yang terlihat rendah jika dibandingkan dengan video game konvensional. Call of Duty, sebuah mobile game yang dirilis di waktu yang hampir bersamaan dengan waktu berdirinya THNDR, diunduh sebanyak 500 juta kali per Mei 2021. Dickerson berharap menargetkan audiens yang belum dijangkau, seperti kalangan perempuan dan pasar negara berkembang, dapat berhasil mempercepat pertumbuhan.
Sebanyak 60% dari seluruh pasar game semuanya adalah mobile. Jumlah itu terus bertambah dan banyak di antaranya yang dipengaruhi oleh pengguna di pasar negara berkembang. Ada stigma sangat mahal yang melekat pada game PC dan game konsol. Contohnya, game konsol berharga USD500—600 atau sekitar Rp7,5—9 juta dan untuk memiliki komputer game yang layak, butuh sekitar USD1,000 atau sekitar Rp15 juta,” kata Dickerson.