Harga Bitcoin mengalami kenaikan harga yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan All Time High menyentuh USD 69,000 atau senilai Rp 1,067,569,000 pada November 2021. Di sisi lain, bitcoin berada di titik USD 17,000 atau senilai Rp 263,517,000 pada awal 2023, dengan penurunan harga mencapai 75,36% dari ATH.
Ini memberikan sinyal bahwa Bitcoin memang mengalami fase bullish dan bearish. Lantas, bagaimana kita mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membeli Bitcoin?
Mempelajari Rainbow Chart
Bitcoin Rainbow Chart adalah salah satu grafik yang digunakan untuk melihat harga bitcoin jangka panjang. Bitcoin Rainbow Chart dikembangkan oleh Bitcoiner awal di Reddit, sebagai “cara yang menyenangkan untuk melihat pergerakan harga jangka panjang, mengabaikan 'kebisingan' volatilitas harian.”
Grafik tersebut dinamai Rainbow karena banyak warna yang menunjukkan sentimen pasar pada rentang harga yang berbeda, yang dapat memberi sinyal kepada investor kapan harus membeli atau menjual Bitcoin. Berikut adalah definisi seluruh elemen warna di Rainbow Chart:
- Biru = Pada dasarnya harga diskon
- Hijau kebiruan = Beli!
- Hijau = Akumulasi
- Hijau muda = Masih murah
- Kuning = Saatnya Hold!
- Oranye muda = Mulai gelembung
- Oranye = FOMO meningkat
- Merah = Saatnya jual!
- Merah tua = Wilayah gelembung maksimum
Pola Menarik Bitcoin
Dalam Rainbow Chart ini bisa kita lihat Harga Bitcoin selalu meroket naik setelah halving, yaitu peristiwa reward mining yang dibagi dua setiap 210 ribu blok (umumnya setiap empat tahun sekali)
- Halving pertama : 28 November 2012, mengalami peningkatan dari USD 12 menjadi USD 1,031 pada 28 November 2013.
- Halving kedua : 9 Juli 2016, mengalami peningkatan dari USD 647 menjadi USD 2.823 pada 9 Juli 2017.
- Halving ketiga : 11 Mei 2020, mengalami peningkatan dari USD 8.600 menjadi USD 56,704 pada 11 Mei 2021.
Meskipun demikian, secara historis, momen halving bukan menjadi waktu terbaik untuk membeli bitcoin. Berdasarkan Rainbow Chart, ada zona di mana bitcoin dinilai murah (saat penulisan artikel ini, kita berada di zona akumulasi), dan saat itulah merupakan waktu yang tepat untuk mulai mengakumulasi Bitcoin sambil menunggu halving pada April 2024. Untuk mengenal lebih dalam mengenai chart ini, sebaiknya kita juga mengetahui beberapa kelebihan dan kekurangan Rainbow Chart ini antara lain:
Bagaimana Halving Selanjutnya?
Halving dilakukan untuk mempertahankan kelangkaan bitcoin dan melawan inflasi dimana halving selanjutnya diperkirakan akan terjadi pada April 2024. Selain halving, berikut beberapa katalisator bullrun berikutnya :
- Persetujuan Bitcoin Spot ETF
Diharapkan bahwa pengajuan pertama untuk Bitcoin Spot ETF akan mendapatkan keputusan dari SEC dalam beberapa minggu pertama 2024, yang kemungkinan besar akan bersifat positif. Berdasarkan Bitwise, ETF Bitcoin spot yang diperkirakan dapat menangkap 1% dari pasar ETF AS yang bernilai USD 7,2 triliun dalam lima tahun menjadi sinyal bullish yang besar bagi Bitcoin.
- FED Akan Mulai Memotong Suku Bunga pada Maret 2024
Pernyataan terbaru dari FOMC mengenai suku bunga menjadi kabar baik bagi pasar kripto, karena suku bunga tidak mengalami perubahan. Berdasarkan proyeksi untuk 2024, FED berencana untuk memulai pemotongan suku bunga pada Maret, dengan tujuan untuk menurunkannya sampai di bawah 2,6% pada Oktober 2024. Dengan ini, suku bunga diharapkan akan dipotong sebanyak empat hingga lima kali pada 2024 sehingga menguntungkan bagi industri kripto.
- Undang-Undang Pasar Aset Kripto (MiCA) Uni Eropa pada Juni 2024
Uni Eropa diharapkan menjadi yurisdiksi pertama dengan undang-undang kripto yang disesuaikan untuk menawarkan kepastian hukum, kepatuhan, dan dampak global. Undang-undang ini diperkenalkan pada Juni 2023 dan diharapkan akan mulai berlaku pada Juni 2024. Dengan kejelasan dalam peraturan mengenai kripto dan bursa, perdagangan dengan kripto dapat menjadi lebih mudah.
- Pemilihan Umum AS 2024
Pada akhir kuartal ketiga, akan diadakan pemilihan presiden AS. Para analis dan veteran meyakini bahwa pertarungan sengit bisa terjadi, Mantan presiden Donald Trump yang mencalonkan diri kembali pada Pemilu AS 2024 telah menunjukkan ketertarikannya di dunia blockchain melalui perilisan beberapa NFT di Solana dan Polygon. Oleh karena itu, hal ini bisa dianggap sebagai indikator bullish yang besar jika Trump kembali terpilih. Selain itu, Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pemilihan Presiden RI 2024 dengan nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, juga berencana menyiapkan ahli-ahli blockchain dan kripto dalam rangka berfokus pada hilirisasi digital mengikuti perkembangan zaman.
- FASB untuk Bitcoin pada Desember 2024
Financial Accounting Standards Board di Amerika Serikat baru-baru ini mengonfirmasi pendekatan 'Nilai Wajar' untuk kepemilikan kripto korporat, yang dijadwalkan akan mulai berlaku pada Desember 2024.
Faktor-faktor ini menunjukkan potensi Bitcoin dapat mempertahankan tren positif sejak awal tahun dan memulai tren kenaikan yang baik.
Kenali 4 Fase Di Pasar Kripto
Selain melihat Rainbow Chart, dalam sepuluh tahun terakhir pasar kripto mengalami beberapa siklus bullish dan bearish yang masing-masing memberikan wawasan berharga untuk siklus selanjutnya. Siklus ini mengungkap siklus yang pada akhirnya bisa membantu memprediksi apa yang akan terjadi di bull run berikutnya.
Siklus pasar kripto biasanya didefinisikan atas empat fase, yakni akumulasi, kenaikan tajam, distribusi, dan penurunan.
Ini adalah pola yang berulang di seluruh pasar. Walaupun sulit untuk memprediksi titik tertinggi atau terendah dari setiap siklus, mengetahui kehadiran siklus ini dan posisi pasar saat ini memungkinkan trader untuk dapat menentukan waktu terbaik untuk membeli atau menjual aset.
1. Fase akumulasi
Fase akumulasi adalah permulaan proyek baru atau akhir dari fase sebelumnya, di mana pasar telah mencapai titik terendah. Pada fase ini investor yang lemah sudah menjual dan "smart money" membeli, dengan keyakinan bahwa yang terburuk sudah berakhir. Titik sentimen pasar beralih dari negatif menjadi netral.
Karakteristik:
- Sentimen pasar didominasi oleh ketidakpercayaan dan ketidakpastian
- Volatilitas harga rendah
- Volume perdagangan rendah
2. Fase Kenaikan (Bull market)
Fase ini biasanya disebut bull market dan menunjukkan kenaikan harga yang cepat. Selama fase ini, pelaku pasar baru memasuki pasar dan biasanya terjadi peningkatan volume. Sentimen pasar menjadi lebih optimis mengenai prospek karena ada berita positif dari perusahaan dan media.
Karakteristik:
- Sentimen pasar didominasi oleh optimisme dan kegembiraan
- Grafik harga uptrending
- Peningkatan volume perdagangan
3. Fase Distribusi
Fase distribusi terjadi saat ada keseimbangan antara pembeli dan penjual di pasar. Saat fase distribusi, ada beberapa pelaku pasar yang masih membeli karena memiliki keyakinan bahwa bull market belum berakhir, sementara yang lain menjual untuk memperoleh keuntungan mereka. Fase ini juga merupakan tanda kelemahan pertama setelah bull market.
Karakteristik:
- Sentimen pasar secara bersamaan diwarnai oleh terlalu percaya diri, keserakahan, dan ketidakpastian
- Volatilitas harga rendah
- Volume perdagangan meningkat, tetapi tanpa kenaikan harga
4. Fase Penurunan (Bear market)
Fase bearish adalah ketika pasar mengalami penurunan harga yang signifikan dan banyak ditakuti oleh pelaku pasar. Ini terjadi setelah fase distribusi, dimana permintaan tidak mencukupi penawaran yang ada. Fase ini dipicu oleh ketakutan dan sentimen negatif dalam pasar, serta berita negatif yang memperkuat tren. Kata-kata seperti "resesi" sering muncul dalam pemberitaan media selama fase ini.
Karakteristik:
- Sentimen pasar didominasi oleh kecemasan dan kepanikan
- Grafik harga downtrending
- Peningkatan volume perdagangan
Berikut merupakan siklus pasar kripto selama sepuluh tahun secara singkat:
- Siklus Pertama (2012-2014): Bitcoin melonjak 158x sebagai alat tukar dalam dua tahun.
- Siklus Kedua (2016-2018): Ethereum melonjak 2664x berkat smart contract.
- Siklus Ketiga (2020-2022): Triliunan dolar pertama pada kripto, adopsi Bitcoin, DeFi, NFT, dan play-2-earn yang menyokong pasar.
Indikator Lain Untuk Mengetahui Kapan Waktu Beli Bitcoin
1.MVRV-Z Score
Dikembangkan oleh Murad Mahmudov dan David Puell, adalah alat analisis harga Bitcoin untuk mengidentifikasi periode di mana Bitcoin sangat terlalu tinggi atau dihargai rendah relatif terhadap 'nilai wajar'-nya.
MVRV Z-Score umumnya bergerak dalam tiga area harga:
- Area hijau : 0 - -0,5 menandakan Bitcoin berada di bawah nilai wajar (harga terlalu murah)
- Area netral : 0 - 7 menandakan Bitcoin berada pada nilai wajar (harga normal)
- Area merah : 7 - 9 menandakan Bitcoin berada di atas nilai wajar (harga tinggi)
2.Bull/Bear Market Cycle
Indikator Bull/Bear Market Cycle adalah metrik momentum yang mengukur perbedaan antara Indeks P&L dan rata-rata bergerak 365 hari-nya.
- Bull cycle = indikator atas 0.
- Bear cycle = indikator bawah 0 dan di bawah 365-day moving average.
3.Fear & Greed Index
Index ini menganalisis emosi dan sentimen dari berbagai sumber dan merangkumnya menjadi satu angka sederhana.
Ketakutan yang ekstrem dapat menjadi tanda bahwa para investor terlalu khawatir tetapi ketika investor serakah, itu menunjukkan sentimen banyaknya permintaan terhadap Bitcoin yang menunjukan sentimen bullish.
- 0-24: Extreme fear (oranye)
- 25-49: Fear (kuning)
- 50-74: Greed (hijau muda)
- 75-100: Extreme greed (hijau tua)
4.Mayer Multiple Price Bands
Mayer Multiple dihitung dengan harga Bitcoin dibagi nilai MA 200 hari untuk mengetahui apakah saat ini overbought atau oversold.
- Hijau Tua : Oversold
- Hijau Muda : Bearish
- Kuning : Bullish
- Merah Muda : Bullish extension
- Merah Tua : Overbought
Dua Strategi Membeli Bitcoin
Jika Anda memiliki sejumlah besar uang untuk diinvestasikan dan tidak yakin arah pasar, apakah sebaiknya langsung menginvestasikan semua atau menyicil secara bertahap? Keduanya memiliki pro dan kontra yang dapat memengaruhi pengalaman berinvestasi.
Strategi umumnya adalah Lump-Sum, di mana investor menempatkan seluruh modal sekaligus. Ini efektif dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang, tetapi memiliki risiko besar karena investor sering terlambat berinvestasi saat aset sudah naik tinggi.
Alternatifnya, ada strategi Dollar Cost Averaging (DCA), yang melibatkan investasi sebagian tetap dengan frekuensi tertentu, mengurangi risiko waktu. Namun, DCA dapat membuat investor melewatkan peluang keuntungan saat pasar naik.
Untuk membahas Bitcoin. Grafik harga menunjukkan strategi lump-sum menjadi pilihan yang kurang baik untuk posisi beli pada akhir 2013, 2017, atau 2021 yang mengakibatkan penurunan nilai portofolio sekitar 80%. Dan kebetulan, pada saat-saat ini, partisipasi pasar ritel mencapai puncaknya, sering kali membentuk gelembung spekulatif.
Tentu saja, ini hanya satu sisi. Membeli bitcoin saat pasar sedang rendah pada tahun 2012, 2015, atau 2019 akan menghasilkan keuntungan besar untuk lump-sum, sedangkan DCA akan membatasi keuntungan ini karena konsep menyicil.